Minggu, 05 Februari 2017

MANTRA PALING KALUT

Tak kutemui siapapun dalam cermin 
kecuali sepasang mata yang menyerupai buku-buku
perpustakaan bertahun-tahun tak disentuh 
atau pada jaring ikan yang menceraikan diri dari nelayan.

Tak ada yang paling tabah 
perihal sepasang telinga yang menyaksikan ucapan 
selamat tinggal atau sketsa karikatur paling rapuh
membentuk awan-awan sore yang menjadikan bumi basah. 

Aku ingin secangkir kopi dengan sepah paling pahit. 
Ah, tidak. 
Aku butuh dua cangkir lagi. 
Puisi belum rampung. 

Jika Sapardi mengatakan bahwa 
puisi itu shaman,
maka sajak-sajak patah adalah 
mantra perayaan paling kalut.

Andai cuaca hari ini cerah
kan kuletakkan kau diantara pemakaman 
kota yang takkan pernah kuziarahi. 
Kan kutinggalkan kau disana bersama 
puisi paling puitis yang pernah 
terjamah jemari seorang kekasih.
Hingga tak lagi kutemukan 
dirimu dimana-mana
juga aku dan puisi.



Bonny M. Cahyani
Surabaya, 5 Februari 2017

Tidak ada komentar: