Tak kutemui siapapun dalam cermin
kecuali sepasang mata yang menyerupai buku-buku
perpustakaan bertahun-tahun tak disentuh
atau pada jaring ikan yang menceraikan diri dari nelayan.
Tak ada yang paling tabah
perihal sepasang telinga yang menyaksikan ucapan
selamat tinggal atau sketsa karikatur paling rapuh
membentuk awan-awan sore yang menjadikan bumi basah.
Aku ingin secangkir kopi dengan sepah paling pahit.
Ah, tidak.
Aku butuh dua cangkir lagi.
Puisi belum rampung.
Jika Sapardi mengatakan bahwa
puisi itu shaman,
maka sajak-sajak patah adalah
mantra perayaan paling kalut.
Andai cuaca hari ini cerah
kan kuletakkan kau diantara pemakaman
kota yang takkan pernah kuziarahi.
Kan kutinggalkan kau disana bersama
puisi paling puitis yang pernah
terjamah jemari seorang kekasih.
Hingga tak lagi kutemukan
dirimu dimana-mana
juga aku dan puisi.
Bonny M. Cahyani
Surabaya, 5 Februari 2017
Minggu, 05 Februari 2017
Minggu, 01 Januari 2017
TENTANG KEKASIH
Jalanan basah dengan aroma petrichor
Bercampur dengan aroma green
yang melekat begitu pekat
Aroma tubuhmu tak pernah lepas
dari anak-anak angin yang terhempas
Bahkan tiap orang lebih mudah meninggalkan
dibanding tinggal dalam pelukan
Aku memasukkan diriku kedalam
musik yang biasa kau putar
Memerankan tokoh utama
dengan sayap-sayap yang patah
Aku memaksa masuk kedalam ingatan
Membakar habis seluruh tubuhku
Barangkali hidup adalah tentang
bagaimana melepaskan
dan menghapus ingatan
Seperti kata yang tertulis disecarik kertas
Kemudian kau bakar habis
hingga tak berbekas
Paling tidak aku bersyukur
ketika semesta menghadirkanmu
diantara sajak-sajak patah hati
Paling tidak
kita pernah saling
memiliki, meski sekali
Semoga puisi menjadi mesin waktu
antara kamu dan masalalu
Semoga
Bonny M. Cahyani
Surabaya, 1 Januari 2017
Bercampur dengan aroma green
yang melekat begitu pekat
Aroma tubuhmu tak pernah lepas
dari anak-anak angin yang terhempas
Bahkan tiap orang lebih mudah meninggalkan
dibanding tinggal dalam pelukan
Aku memasukkan diriku kedalam
musik yang biasa kau putar
Memerankan tokoh utama
dengan sayap-sayap yang patah
Aku memaksa masuk kedalam ingatan
Membakar habis seluruh tubuhku
Barangkali hidup adalah tentang
bagaimana melepaskan
dan menghapus ingatan
Seperti kata yang tertulis disecarik kertas
Kemudian kau bakar habis
hingga tak berbekas
Paling tidak aku bersyukur
ketika semesta menghadirkanmu
diantara sajak-sajak patah hati
Paling tidak
kita pernah saling
memiliki, meski sekali
Semoga puisi menjadi mesin waktu
antara kamu dan masalalu
Semoga
Bonny M. Cahyani
Surabaya, 1 Januari 2017
Langganan:
Komentar (Atom)